Kamis, 09 Juni 2011

Ginjal


Memahami fakta dibalik ginjal



Dua ginjal yang Anda miliki merupakan organ yang memiliki fungsi sangat vital, seperti menyaring darah dan menjaga keseimbangan kimiawi dalam tubuh. Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan ini dapat terganggu oleh berbagai hal, mulai dari infeksi saluran kemih hingga penyakit ginjal kronik.
Jika ginjal sudah tidak bisa bekerja atau berfungsi seperti semula, terapi seperti hemodialisis dan transplantasi ginjal dapat menjadi harapan baru bagi Anda yang mengalami gangguan fungsi ginjal kronik.

Fungsi dan struktur ginjal
Seputar fungsi ginjal
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, diantaranya sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’ dan ekstra (kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih.
Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Tubuh akan memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh.
Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh, seperti otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam darah dapat keluar ke urin (bocor) bila unit penyaring ginjal – glomerulus – sudah mengalami kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urin, disebut dengan albumin.

Mengenal struktur ginjal
Ginjal memiliki struktur yang cukup unik, yaitu pembuluh darah dan unit penyaring.
Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada nefron ini terdapat pembuluh darah kecil-kecil – kapiler – yang saling jalin menjalin dengan saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus.
Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-zat buangan dan berbagai kimia hasil metabolisme yang masih bisa digunakan tubuh. Ginjal akan ‘memilih’ zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium, fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya ke peredaran darah dan  mengeluarkan lagi kembali ke dalam tubuh. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut dalam tubuh.
Selain membuang sampah-sampah yang sudah tidak terpakai lagi, ginjal juga berfungsi menjadi ‘pabrik’ penghasil tiga hormon penting, yaitu:
  • Eritropoietin (EPO), yang merangsang sumsum tulang membuat sel-sel darah merah (eritrosit)
  • Renin, membantu mengatur tekanan darah

Penyakit ginjal kronik




Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, yang dapat memicu timbulnya PGK, antara lain:
1. DiabetesBila mengalami diabetes berarti tubuh tidak bisa optimal dalam hal merubah makanan menjadi energi yang dibutuhkan sehingga kadar gula darah dapat meningkat. Kondisi gula darah yang meningkat berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah dan ginjal.
Bila sudah meningkat, dapat menimbulkan gejala-gejala seperti:
  • rasa haus meningkat
  • penglihatan kabur
  • sering berkemih
  • berat badan menurun tanpa alasan yang jelas
  • luka yang lama sembuh
  • merasa lapar
  • lemah
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh darah yang mengalir dalam pembuluh darah arteri. Tekanan yang tinggi ini bila berlangsung terus menerus dapat merusak atau mengganggu pembuluh-pembuluh darah kecil dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah.
Pada umumnya, bagi orang dewasa atau berusia 18 tahun ke atas, tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih, dapat dikatakan sebagai keadaan hipertensi. Sedangkan bagi Anda penderita diabetes dan penyakit ginjal kronik, tekanan darah 130/80 mmHg atau lebih sudah dikatakan sebagai hipertensi.
Dengan mengontrol tekanan darah akan membantu memperlambat kerusakan ginjal. Untuk mengatasi masalah hipertensi, konsultasikan dengan dokter Anda.
3. Batu ginjalBatu yang terbentuk di ginjal terjadi akibat adanya proses presipitasi (kristalisasi bahan-bahan yang terlarut) yang terkandung di dalam urin. Biasanya batu ini dapat berpindah ke melalui ureter (saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih) dan dikeluarkan lewat urin bila berukuran kecil.
Namun kadangkala, batu yang berukuran terlalu besar tidak bisa keluar begitu saja lewat urin. Bila hal ini terjadi maka menimbulkan rasa sakit dan mungkin dapat menimbulkan obstruksi (sumbatan) akibat terhambatnya aliran urin keluar.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, diet tertentu, obat-obatan dan kondisi-kondisi tertentu akibat meningginya zat-zat lain dalam urin, misalnya asam urat.
Gejala batu ginjal, antara lain:
  • rasa sakit pada bagian belakang atau sisi tubuh
  • darah dalam urin
  • muntah
  • demam
  • sering berkemih atau ingin berkemih
  • rasa nyeri saat berkemih
Keluar tidaknya batu ginjal dengan sendirinya tergantung pada lokasi, besar, bentuk dan komposisi. Ukuran batu yang kecil dengan bentuk licin atau bulat dapat keluar dengan sendirinya. Namun bila bentuknya bermacam-macam, misalnya dengan tepi yang tajam atau ukuran yang terlalu besar yang memenuhi seluruh bagian ginjal, tentu memerlukan terapi tertentu guna mengeluarkannya.
Bila batu ginjal berpindah ke bagian pelvis ginjal, dapat menyumbat aliran urin dan ginjal pun dapat membengkak, sehingga dapat mengganggu kerja ginjal.

Penyakit Ginjal Akut
Gangguan fungsi ginjal bisa berlangsung secara tiba-tiba (akut), biasanya disebut sebagai penyakit ginjal akut (PGA). Kondisi ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, antara lain:
  • operasi pembedahan yang rumit atau cedera hebat
  • sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ginjal
  • sumbatan pada saluran kemih akibat batu, tumor, bekuan darah
  • penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis akut
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik (PGK), biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya. Kadang Anda tidak merasakan gejala hingga fungsi ginjal yang sudah menurun sekitar 25 % dari ginjal normal.

Gaya Hidup Ramah PGK



Dengan gaya hidup yang tepat, ginjal dapat dipelihara agar tetap sehat. Berbagai gaya hidup yang perlu diperhatikan penderita PGK di antaranya adalah:
Pengaturan makanan dan minuman (diet)
Makanan dan minuman penting bagi setiap orang, tapi lebih penting lagi pada penderita PGK. Mengapa? Saat ginjal mengalami gangguan/kerusakan, zat-zat sisa metabolisme dan cairan yang berlebihan dan tidak diperlukan akan terganggu pembuangannya sehingga menumpuk di dalam darah. Tergantung dari berat ringannya penyakit, penumpukan ini dapat menimbulkan berbagai keluhan yang mengganggu mulai dari mual, muntah, pembengkakan (edema) dan sebagainya. Dengan membatasi dan mengatur jumlah dan jenis makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, zat-zat sisa dan cairan akan lebih sedikit menumpuk dalam darah sehingga keluhan berkurang dan tubuh lebih nyaman.
A. Mengurangi asupan protein (khusus bagi penderita PGK yang tidak menjalani dialisis secara rutin). 
• Mengapa?
Tubuh kita membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup. Protein berguna antara lain untuk membangun tubuh dan memperbaiki jaringan (misalnya otot-otot) yang mengalami kerusakan. Penggunaan protein dalam tubuh menghasilkan zat sisa berupa zat urea, yang biasanya akan dibuang keluar dari tubuh oleh ginjal yang sehat. Namun, ginjal yang mengalami gangguan akan mengalami kesulitan membuang zat urea dari dalam tubuh. Sebagai akibatnya, terjadi penumpukan urea dalam darah, menimbulkan apa yang disebut peningkatan Blood Urea Nitrogen atau BUN. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengurangi asupan protein.
Meskipun perlu dibatasi, namun penderita PGK tetap membutuhkan asupan protein agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Karena itu, pembatasan


asupan protein tidak sekedar hanya 'mengurangi' saja melainkan perlu diatur oleh dokter/ahli gizi yang kompeten.
Secara umum, pengaturan asupan protein dilakukan berdasarkan kadar GFR penderita PGK yang bersangkutan, dengan mengikuti contoh sebagai berikut:
Pembatasan asupan protein pada PGK1
GFR (mL/menit)
Asupan protein (g/kg BB/hari)
>60
Pembatasan protein tidak dianjurkan
25-60
0.6 - 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hr protein dengan nilai biologis tinggi.
5-25
0.6 - 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hari protein dengan nilai biologis tinggi atau tambahan 0.3 g asam amino esensial atau asam keton.
<60 (Sindrom Nefrotik)
0.8 g/kg BB/hr (ditambah dengan 1g protein/g proteinuria atau 0.3 g/kg BB tambahan asam amino esensial atau asam keton)


Referensi:
1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AWdkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Juni 2006.


• Tips mengatur asupan protein
Tubuh penderita PGK lebih sanggup menggunakan jenis protein dengan nilai biologis yang tinggi. Oleh karena itu, dalam memilih jenis protein yang dikonsumsi, dianjurkan untuk mengikutsertakan protein dengan nilai biologis tinggi tersebut, seperti ayam, ikan, daging tanpa lemak, susu dan keju. 
B. Mengurangi asupan garam
• Mengapa?
Garam (natrium) bersifat menahan air. Jika Anda mengurangi asupan garam, cairan dalam tubuh juga tidak terlalu banyak menumpuk, pembengkakan tangan dan kaki yang sering terjadi manakala cairan tubuh berlebihan juga akan berkurang, dan kerja jantung serta paru-paru juga menjadi lebih ringan sehingga mengurangi keluhan sesak dan sulit bernapas. Selain itu, jika Anda mengurangi garam, rasa haus juga akan berkurang sehingga otomatis tidak terlalu banyak minum air.
• Tips mengurangi asupan garam
1. Cek label makanan di supermarket jika akan membeli makanan. Pilih makanan yang tidak terlalu banyak mengandung natrium/sodium (sebaiknya kurang dari 400 mg natrium per saji).
2. Perbanyak konsumsi makanan yang segar dari alam seperti sayur atau buah. Hindari makanan kaleng atau makanan instan.
Gunakan gelas berukuran kecil agar Anda tidak minum terlalu banyak.
3. Kurangi garam dalam makanan yang akan dikonsumsi.
Gunakan bumbu lain seperti bawang, jeruk nipis, kayu manis, dan lain sebagainya untuk memberi rasa masakan agar tidak terlalu tawar.
4. Jika menggunakan pengganti garam, pilihlah yang tidak mengandung kalium.




C. Mengurangi asupan air/cairan 
• Mengapa?
Ginjal yang sehat dan berfungsi normal akan mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh, termasuk jumlah cairan yang dibuang melalui air kencing. Jika ginjal rusak/terganggu, pengaturan ini akan terganggu. Karena itu, cairan perlu diatur, dan jika perlu dikurangi (sesuai anjuran dokter).
• Tips mengurangi asupan air/cairan
1. Isap-isap potongan jeruk lemon, permen asam atau permen karet untuk membasahi mulut agar tidak terlalu kering/haus.
2. Minumlah hanya jika benar-benar haus saja.
3. Kurangi makanan yang terlalu asin agar tidak mudah haus.
4. Jangan terlalu banyak mengonsumsi biskuit atau kraker atau camilan yang terlalu asin.
5. Jika Anda penderita diabetes, Anda juga perlu mengontrol kadar gula darah agar tidak terlalu tinggi. Kadar gula darah tinggi juga membuat Anda lebih mudah haus.
D. Mengurangi asupan kalium
• Mengapa?
Kalium adalah sejenis mineral yang dibutuhkan tubuh dan bisa kita peroleh dari makanan. Seperti halnya garam natrium dan air, kalium juga diatur kadarnya dalam tubuh oleh ginjal. Karena itu, ginjal yang rusak dapat berakibat kadar kalium dalam darah meningkat, sehingga pembatasan kalium dari makanan mungkin diperlukan agar kadar kalium tidak berlebihan. Kadar kalium yang berlebihan dapat menimbulkan masalah seperti gangguan irama jantung yang dapat berakibat fatal.
• Tips mengurangi asupan kalium
1. Baca label makanan untuk mengetahui jumlah kalium yang terkandung, dan batasi konsumsi makanan yang mengandung kalium dalam jumlah tinggi (misalnya bayam, tomat, kentang, pisang, kacang yang dikeringkan, dan jeruk).
2. Merebus makanan bertepung seperti kentang dengan air tawar yang banyak dapat mengurangi jumlah kalium yang terkandung di dalamnya. Jangan lupa tiriskan dan buang air rebusan sebelum dihidangkan. 
E. Mengurangi asupan fosfat
• Mengapa?
Produk susu (susu, keju, dan yogurt), kacang-kacangan kering, dan coklat, mengandung fosfat dalam jumlah banyak. Konsumsi makanan tersebut dapat meningkatkan kadar fosfat dalam darah. Jika kelebihan ini tidak dapat dibuang sepenuhnya oleh ginjal, dapat berefek memperlemah tulang-tulang di dalam tubuh.
• Tips mengurangi asupan fosfat 
Dokter mungkin meresepkan obat pengikat fosfat untuk membantu tubuh mengurangi kadar fosfat yang berlebihan. Obat ini sebaiknya dikonsumsi bersama makanan untuk mencegah diserapnya fosfat ke dalam peredaran darah, sehingga kadar fosfat tidak meningkat.


Namun, kebutuhan nutrisi dan cairan setiap orang tidak selalu sama. Karena itu, selalu konsultasikan pada dokter atau ahli gizi untuk mengetahui pengaturan gizi yang tepat bagi Anda.
Anda mungkin sudah diberitahu oleh dokter mengenai jumlah kebutuhan minum harian Anda. Bawalah tempat air yang berisi air dalam jumlah sesuai yang Anda butuhkan untuk hari itu, dan minumlah hanya dari tempat air itu saja, sehingga Anda dapat mengontrol jumlah air yang diminum dan tidak minum berlebihan.


Terapi untuk penyakit ginjal kronik




Kendati penyakit ginjal kronik (PGK) tidak dapat disembuhkan, tetapi kita masih dapat mempertahankan agar tetap berfungsi seoptimal mungkin. Caranya yaitu melalui terapi dengan obat-obatan, dialisis (cuci darah), transplantasi (cangkok) ginjal, dan modifikasi gaya hidup.
PERANAN OBAT DALAM TERAPI PENYAKIT GINJAL KRONIK
Obat-obatan bermanfaat untuk mengatasi gejala-gejala dan komplikasi PGK serta membantu memperlambat proses kerusakan fungsi ginjal.
1.      Diuretik
Diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran urin) membantu pengeluaran kelebihan cairan dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat membantu menurunkan tekanan darah.
2.      Obat Antihipertensi
Sebagian besar penderita PGK mengalami tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, diperlukan obat antihipertensi untuk mempertahankan agar tekanan darah tetap dalam batas normal dan dengan demikian akan memperlambat proses kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh tingginya tekanan darah.
3.      Eritropoietin (Epo)
Salah satu fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin (Epo). Hormon ini bekerja merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah. PGK menyebabkan produksi hormon Epo mengalami penurunan sehingga menimbulkan anemia. Oleh karena itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang diakibatkan oleh PGK. Epo biasanya diberikan dengan cara injeksi 1-2 kali/minggu.
4.      Zat besi
Zat besi (Ferrous Sulphate) seringkali bermanfaat untuk membantu mengatasi anemia yang diakibatkan kekurangan Fe pada pasien dengan  PGK. Suplemen zat besi diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau injeksi (disuntik).
5.      Suplemen Kalsium & Kalsitriol
Pada PGK, kadar kalsium dalam darah menjadi rendah, sebaliknya kadar fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi ketidakseimbangan mineral ini, diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk aktif) dan kalsium.


Terapi pengganti ginjal



Apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan Terapi Pengganti Ginjal, yaitu Dialisis dan Transplantasi Ginjal.
DIALISIS 
Dialisis adalah metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal, yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ada 2 jenis dialisis:
*Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)  
*Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
•     Hemodialisis
Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai "ginjal buatan". Pada HD, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses HD dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Pembuatan "Akses" untuk HD
Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya perlu dibuatkanakses untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh. Akses untuk hemodialisis dapat bersifat temporer (sementara) atau permanen.
Akses temporer yaitu berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher.
klik disini untuk memperbesar gambar
Tips perawatan akses temporer (kateter):
  • Cuci tangan sesering mungkin
  • Jangan menyentuh kateter
  • Jangan biarkan kateter tergesek atau terdorong oleh benda apapun, termasuk baju yang sedang Anda kenakan
  • Jaga agar kateter senantiasa kering
Akses permanen biasanya dibuat dengan menghubungkan salah satu pembuluh darah balik (vena) dengan pembuluh nadi (arteri) pada lengan bawah. Akses model Fistula ini populer dengan nama Cimino
klik disini untuk memperbesar gambar
Jika Anda meletakkan jari di bagian Cimino, Anda akan merasakan getaran yang ditimbulkan oleh aliran darah pada Cimino. Getaran ini perlu diperiksa secara berkala untuk memastikan bahwa aliran darah pada Cimino tetap lancar.
Tips perawatan Cimino:
  • Jangan mengenakan pakaian ketat atau perhiasan di sekitar daerah Cimono
  • Jangan mengukur tekanan darah, mengambil darah, atau melakukan infus pada lengan yang terpasang Cimino.
  • Cuci tangan sesering mungkin dan jaga agar daerah Cimino dan sekitarnya senantiasa bersih



Bagaimana cara kerja mesin dialiser ?
klik disini untuk memperbesar gambar
Keuntungan HD:
1.   Tidak usah menyiapkan peralatan HD sendiri.
2.   Kondisi pasien lebih terpantau karena prosedur HD dilakukan di rumah sakit oleh tenaga kesehatan terlatih.
3.   Jumlah protein yang hilang selama pada proses HD lebih sedikit.1
Kerugian HD:
1.   Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
2.   Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3.   Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi.
*Dialisis Peritoneal 
Dialisis Peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
Dialisis Peritoneal terdiri atas 2 jenis:
1.      Automated Peritoneal Dialysis (APD) = Dialisis Peritoneal Otomatis. Metode APD dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan menggunakan “mesin khusus” yang sudah diprogram terlebih dahulu.
2.      Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) = Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan. CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD.
Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal
Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar.  Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.
klik disini untuk memperbesar gambar
Tips perawatan kateter dan Exit Site:
  • Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitarexit site. Jangan mandi berendam.
  • Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari
  • Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit sitedan keteter
  • Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site
  • Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan plester.



Bagaimana cara kerja Dialisis Peritoneal (CAPD)?
Dialisis Peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan dibersihkan dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.
klik disini untuk memperbesar gambar
Zat-zat racun yang terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui selaput rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi sebagai “alat penyaring”, proses perpindahan ini disebut Difusi.
klik disini untuk memperbesar gambar
Cairan dialisat mengandung dekstrosa (gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan air ke dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi.
Proses Penggantian Cairan Dialisis
Proses ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu singkat (± 30 menit). Terdiri dari 3 langkah:
Langkah ke-1.Pengeluaran cairan
Cairan dialisat yang sudah mengandung zat-zat racun dan kelebihan air akan dikeluarkan dari rongga perut dan diganti dengan cairan dialisis yang baru. Proses pengeluaran cairan ini berlangsung sekitar 20 menit.
klik disini untuk memperbesar gambar
Langkah ke-2.Memasukkan cairan
Cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut melalui kateter.
Proses ini hanya berlangsung selama 10 menit.
klik disini untuk memperbesar gambar
Langkah ke-3.Waktu tinggal
Sesudah dimasukkan, cairan dialisat dibiarkan ke dalam rongga perut selama 4-6 jam, tergantung dari anjuran dokter.
klik disini untuk memperbesar gambar
Proses penggantian cairan di atas umumnya diulang setiap 4 atau 6 jam (4 kali sehari), 7 hari dalam seminggu.
Keuntungan Dialisis Peritoneal:
1.      Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan.
2.      Dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja.
3.      Tidak tergantung pada bantuan orang lain.
4.      Tekanan darah pasien lebih terkendali.
5.      Kebutuhan akan suplemen zat besi dan eritropoietin (EPO) jauh lebih sedikit.
6.      Lebih bebas mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman.
7.      Kadar kalium darah lebih terkontrol.
Kerugian Dialisis Peritoneal:
1.      Risiko terjadinya peritonitis (infeksi peritoneum).
2.      Lebih banyak protein yang hilang dari tubuh selama berlangsungnya proses dialisis peritoneal.
Referensi:
1.   Iqbal et al. Outcome of Peritoneal Dialysis and Hemodialysis in Elderly Patients with Diabetes: Early Experience from Bangladesh. Advances in Peritoneal Dialysis 2005;21:85-9.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar